Sulawesi Utara yang dikenal dengan daerah penghasil kopra (kelapa cukil yang dikeringkan),selain penghasil cengkih, vaneli dan pala. Tidak heran kalau Sulawesi Utara lebih dikenal dengan sebutan daerah Nyiur Melambai, ini lebih disebabkan banyaknya pohon kelapa (nyiur) yang ditanam (hidup) di daerah ini.
Ketika bepergian melewati daerah ini, baik melalui darat,laut atau udara yang terlihat hamparan pohon kelapa, yang daunnya melambai-lambai dipermainkan angin. Sepanjang jalan ketika melewati daerah ini, pemandangan ini akan selalu menari dipelupuk mata, saking banyaknya pohon kelapa di daerah ini. Pemandangan ini kurang lebih sama dengan pemandangan ketika kita melewati puncak Bogor, pemandangan yang terlihat hamparan perkebunan teh yang hijau, yang tentu saja sangat menyejukan pandangan mata.
Berbicara mengenai kelapa, tentu saja komoditi ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Kelapa dilihat dari segi manfaat, tidak ada yang terbuang atau semuanya terpakai. Coba kita lihat manfaat dari pohon kelapa ini:
# Daun Kelapa:
Daun kelapa yang masih muda seperti yang kita tahu digunakan untuk janur,kulit ketupat,dan bagi sebagian penduduk dipedesaan daun kelapa yang sudah tua sering digunakan untuk atap rumah temporer ( atau dikenal seperti SAUNG kalau di daerah Jawa Barat),dan untuk berbagai keperluan lain.
# Buah kelapa.
# 1.Kulit buah kelapa.
Kulit buah kelapa kering menjadi bahan baku untuk karpet, keset dsb. Di daerah pedesaan yang masih menggunakan kayu bakar untuk keperluan masak memasak,kulit buah kelapa kering digunakan sebagai pengganti kayu bakar.
# 2.Air buah kelapa.
Seperti kita tahu,air kelapa muda (kalau di Jawa dikenal dengan DEGAN), selain bisa diminum langsung juga sudah diolah dalam bentuk kemasan, saat ini produk-produk air kelapa ini sudah banyak dijumpai di supermarket-supermarket.
# 3. Daging buah kelapa.
Selain diambil santannya (saat ini sudah banyak dalam bentuk kemasan),juga menjadi bahan mentah untuk mentega,minyak goreng,virgin coconut oil, bahkan untuk bahan baku sabun dsb.
Nah..kalau di Sulawesi Utara, Maluku dan sekitarnya yang lebih dikenal sebagai daerah penghasil kelapa. Permintaan daging kelapa ini menjadi sangat besar, untuk itu didaerah ini daging kelapa ini dikelolah (dicukil) setelah itu dikeringkan dengan cara menjemurnya ditengah terik sinar matahari atau “yang dalam jumlah besar” di asap (dibuat semacam tempat pengasapan daging kelapa) sampai menjadi daging kelapa kering..atau yang lebih dikenal dengan sebutan KOPRA. Dan kopra inilah yang siap didistibusikan ke pabrik-pabrik pengolahan untuk dikelolah menjadi “sesuai kebutuhan” masyarakat modern/perkotaan.
# 4.Tempurung buah kelapa.
Tempurung buah kelapa ini biasanya menjadi bahan mentah karbon,untuk batu battery dan sebagainya.Kalau di masyarakat perkotaan sering digunakan untuk membakar sate dsb,atau sering juga dibuat semacam handicraft kalau di Bali.
# Getah kelapa.
Getah kelapa ini kalau di daerah Jawa sering di olah menjadi gula aren (kalau di daerah Sulawesi dan sekitarnya lebih dikenal dengan sebutan Gula Merah). Tetapi di daerah Sulawesi Utara dan sekitarnya getah kelapa ini masih jarang dikelolah, untuk bahan baku gula aren biasanya diolah dari pohon aren (enau).
# Pohon kelapa.
Pohon kelapa yang tidak produktif lagi,sering diolah menjadi balok atau papan untuk keperluan bangunan.Saat ini seiring dengan semakin gundulnya hutan kita, membuat permintaan (pasar) bahan bangunan dari pohon kelapa ini menjadi semakin meningkat. Bahan bangunan dari pohon kelapa ini tidak kalah menarik dengan bahan dari pohon jati. Saat ini bahan dari pohon kelapa ini sudah mulai dieksport ke LN.
# Akar pohon kelapa.
Akar kelapa ini berbentuk serabut,konon menurut beberapa penelitian akar kelapa ini bisa diolah menjadi ramuan obat-obatan. Meski belum diketahui untuk keperluan penyakit apa saja ramuan ini digunakan. Tetapi bisa saja penelitian ini masih berlanjut.
Melihat berbagai manfaat dari pohon kelapa ini, baik dari tingkat masyarakat pedesaan hingga masyarakat modern, sepertinya tidak berlebihan kalau petani kelapa tidak dibiarkan mencari jalan keluarnya sendiri atas kesulitan-kesulitannya terutama dalam hal pemasaran.Sebab saat ini masih terlihat ditingkat petani harga komoditi ini masih dipermainkan oleh para tengkulak.
Hal ini membuat para petani kelapa semakin menjerit, terlebih dengan fluktuasi harga yang cenderung belum stabil saat ini.
Keluhan ini bisa dilihat dari keluhan para petani kelapa yang saya kutip dari Tribun Manado yang terbit tanggal 12 Juni 2009, dibawah ini:
Dengan Topik: Petani Kewalahan Bayar Pekerja.
BITUNG,TRIBUN – Harga kopra di pasaran khususnya pedagang pengumpul, anjlok hingga Rp 3.800 per kilogram. Padahal beberapa hari lalu, harga kopra masih berkisar antara Rp 4.100 sampai Rp 4.400 per kilogram.
Anjloknya harga kopra ini, membuat petani kelapa semakin kewalahan membiayai perawatan pohon kelapa. Seperti yang dialami Theo Rumbagan (60), petani kelapa Kelurahan Tanjung Merah, Kecamatan Matuari. “Kalau harga sudah begitu, akan semakin berat, sementara para tanaga kerja tidak mau menurunkan harga sewa jasanya walaupun satu rupiah,” kata Theo saat ditemui dirumahnya, Kamis (11/6).
Bila harga kopra yang semakin turun, keadaan para petani kelapa akan semakin susah. Akibatnya tidak mampu lagi membayar para pekerja sehingga dalam memproduksi kelapa, para petani kesulitan.
Hal yang sama diungkapkan Samuel Papia (40), warga Desa Watudambo, Kecamatan Kauditan. “Harga kopra yang Rp 4.400 per kilogram saja kami sudah susah, apalagi dengan harga Rp 3.800. Para tukang yang panjat itu tak mau menurunkan harga sewa jasanya,” ucap Samuel.
Berbeda dengan Sony Massie, warga Kelurahan Wangurer Barat Lingkungan VI, Kecamatan Madidir. Dia mengatakan, harga kopra dari pengumpul kopra Rp 3800 per kilogram, karena sesuai dengan harga minyak dunia.
“Tapi kalau langsung ke pabrik harga kopra per kilogram masih berkisar Rp 4.100 hingga Rp 4.200. Di tingkat pabrikan masih standar kalau harga di tingkat lokal mudah sekali berpengaruh terhadap harga minyak dunia,” ujar Sony.(def).